BERKARAKTER & BERPRESTASI

Rabu, 28 Juli 2010

Sejarah Paskibraka Indonesia

Beberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama. Presiden Soekamo memberi tugas kepada ajudannya,Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara peringatanDetik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, dihalaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta

Pada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang kelak akan menggantikan para pemimpin saat itu. Pengibaran bendera pusaka bisa menjadi simbol kesinambungan nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah yang harus mengibarkan bendera pusaka. Dari sanalah kemudian dibentuk kelompokkelompok pengibar bendera pusaka, mulai dari lima orang pemuda - pemudi pada tahun 1946 —yang menggambarkan Pancasila.

Namun, Mutahar mengimpikan bila kelak para pengibar bendera pusaka itu adalah pemuda-pemuda utusan dari seluruh daerah di Indonesia. Sekembalinya ibukota Republik Indonesia ke Jakarta, mulai tahun 1950 pengibaran bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan Rl sampai tahun 1966. Para pengibar bendera itu memang para pemuda, tapi belum mewakili apa yang ada dalam pikiran Mutahar. Tahun 1967, Husain Mutahar kembali dipanggil Presiden Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah pengibaran bendera pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti ia bisa melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda dari seluruh Indonesia. tersirat dalam benak Husain Mutahar akhirnya menjadi kenyataan. Setelah tahun sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun 1968 didatangkanlah pada pemuda utusan daerah dari seluruh Indonesia untuk mengibarkan bendera pusaka. Sayang, belum seluruhnya provinsi bisa mengirimkan utusannya, sehingga pasukan pengibar bendera pusaka tahun itu masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967.

Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Nama, pada kurun waktu itu memang belum menjadi perhatian utama, karena yang terpenting tujuan mengibarkan bendera pusaka oleh para pemuda utusan daerah sudah menjadi kenyataan. Dalam mempersiapkan Pasukan Penggerek Bendera Pusaka, Husein Mutahar sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan Pramuka) tentu tak dapat bekerja sendiri. Sejak akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari Drs Idik Sulaeman yang dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dari Departemen Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan. Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu mempersiapkan konsep pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental, maupun spiritual. Latihan yang merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”. Setelah melengkapi silabus latihan dengan berbagai atribut dan pakaian seragam, pada tahun 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar. ”Bagaimana kalau pasukan pengibar bendera pusaka kita beri nama baru,” katanya. Mutahar yang tak lain mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka menganggukkan kepala. Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak sukar diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya. Akronim itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. ”Pas” berasal dari kata pasukan, ”kib” dari kata kibar, ”ra” dari kata bendera dan ”ka” dari kata pusaka. Idik yang sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itupun juga segera memainkan kelentikan tangannya dalam membuat sketsa. Hasilnya, adalah berbagai atribut yang digunakan Paskibraka, mulai dari Lambang Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan sampai Tanda Pengukuhan (Lencana Merah-Putih Garuda/MPG). Nama Paskibraka dan atribut baru itulah yang dipakai sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan akronim Paskibraka memang sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter televisi saat melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka. Bahkan, tak jarang wartawan media cetak masih ada yang salah menuliskannya dalam berita, misalnya dengan ”Paskibrata”. Tapi, bagi para anggota Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang terlibat di dalamnya, kata Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh kebanggaan.

Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun akan dilikuidasi. Itu terjadi pada tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia dijabat oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata ”pusaka” yang ada dalam akronim Paskibraka dianggap Gus Dur mengandung makna ”klenik”. Untunglah, dengan perjuangan keras orang orang yang berperan besar dalam sejarah Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk melikuidasi Paskibraka dapat dicegah. Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, pada pasal 4 jelas-jelas menyebutkan: (1) BENDERA PUSAKA adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. (2) BENDERA PUSAKA hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus. (3) Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak berlaku bagi BENDERA PUSAKA. (Pasal 22: Apabila Bendera Kebangsaan dalam keadaan sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka bendera itu harus dihancurkan dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar). Itu berati, bila Presiden ngotot mengubah nama Paskibraka, berarti dia melanggar PP No. 40 Tahun 1958. Presiden akhirnya tidak jadi membubarkan Paskibraka, tapi meminta namanya diganti menjadi ”Pasukan Pengibar Bendera Merah-Putih” saja. Hal ini di-iyakan saja, tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan media massa, nama pasukan tak pernah diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun sejarah 32 tahun tetap seperti apa adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang dilengserkan.

Video 2007 (slideshow)

Mengenal salah satu orang yang berpengaruh akan berdirinya Paskibraka Indonesia. ; Husein Mutahar (Alm)

Husein Mutahar (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 5 Agustus 1916 – meninggal di Jakarta 9 Juni 2004 pada umur 87 tahun), atau lebih dikenal dengan nama H. Mutahar, adalah seorang komposer musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu kebangsaan dan anak-anak. Lagu ciptaannya yang populer adalah himne Syukur (diperkenalkan Januari 1945) dan mars Hari Merdeka (1946). Karya terakhirnya, Dirgahayu Indonesiaku, menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia.

Ia mengecap pendidikan setahun di Fakultas Hukum periode 1946-1947, setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938). Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Jogjakarta (1947). Selanjutnya, ia mendapat jabatan-jabatan yang meloncat-loncat antardepartemen. Puncak kariernya barangkali adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973). Ia diketahui menguasai paling tidak enam bahasa secara aktif. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Penjabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).

Mutahar aktif dalam kegiatan kepanduan. Ia adalah salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Ia juga dikenal anti-komunis. Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Mutahar juga menjadi tokoh di dalamnya. Namanya juga terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkanBendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.

Selasa, 27 Juli 2010

Panggilan Khas Paskibra Jawa Barat ("Akang/Teteh")

Akang teteh, panggilan khas anggota paskibra di Jawa Barat Indonesia. Panggilan yang merupakan bentuk penanaman nilai kekeluargaan, sebagai wujud dari penghargaan seorang adik kepada kakaknya. Kenapa harus akang dan teteh?

Akang dan teteh merupakan panggilan khas penduduk Jawa Barat, akang berarti kakak cowok dan teteh berarti kakak cewek. Hal ini yang dicoba diangkat oleh paskibra terutama Paskibraka Jawa Barat. Alasan utamanya adalah bahwa budaya daerah merupakan tiang dari budaya nasional. Oleh sebab itu perlu adanya pelestarian budaya walaupun hanya sekedar kata panggilan.
Inilah mungkin yang harus dicermati karena hingga saat ini kita sering mengabaikan hal-hal yang mungkin kita anggap kecil, padahal hampir semua hal besar berawal dari hal kecil.
Kurang jelas apakan panggilan khas ini diterapkan pula diwilayah selain jawa barat, misalkan paskibra di Jawa Tengah dan Jawa Timur memanggil mas dan mbak, atau Paskibra Padang atau Sumatera Barat memanggil Uda dan Uni.

Semoga ini bisa menjadi contoh bagi yang lain karena brigadista rasa, sudah cukup banyak budaya kita yang dikangkangi negara lain, dan kita hanya bisa marah dan protes. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga budaya tanah air kita.

:-) :-)

Berhasil Jadi Paskibraka Nasional

Ratu, Srikandi Ketiga Garut

Menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tingkat nasional, tidaklah mudah. Harus bersaing dengan siswa perwakilan dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Meski demikian Ratu Sevilla Hijriyah, berhasil menjadi srikandi ketiga dari Garut yang menjadi Paskibra Nasional.
Laporan : Ari Maulana Karang, Tarogong Kidul

WAJAH cantik Ratu Sevilla Hijriyah mengembang saat berkunjung ke kantor Kepala Dinas Pendidikan Komar Mariyuna. Dia mendapatkan kehormatan diundang oleh kepala dinas sebagai apresiasi karena telah berhasil menjadi wakil Provinsi Jawa Barat sekaligus mewakili Kabupaten Garut menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka pada peringatan HUT RI di Istana Negara Agustus nanti.
Lolosnya Ratu, tercatat menjadi orang ketiga di Garut yang pernah menjadi pasukan paskibraka tingkat nasional. Tahun 1987, Garut berhasil menempatkan Evi Sofia Indra. Berselang cukup lama, tahun 2009 menempatkan Siska Kania Febianti.
Prestasi ini, tentunya membuat banyak pihak bersyukur dan bangga. Bahkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Drs Komar Maryuna MPd sempat berseloroh, jika sistem pengisian paskibraka nasional dilakukan secara bergantian tiap kabupaten, maka Garut baru bisa menempatkan wakilnya beberapa ratus tahun kemudian mengingat jumlah kabupaten/kota se-Indonesia jumlahnya mencapai 400 lebih.
“Lolosnya Ratu jelas prestasi yang membanggakan warga Garut,” jelasnya saat menerima Ratu Sevilla Hijriyah yang lolos seleksi Paskibraka Nasional dan Zia Hasan yang lolos seleksi Paskibra tingkat Propinsi Jawa Barat di ruang kerjanya, Rabu (21/7) pagi.
Komar berharap, Ratu dan Zia dapat ikut membawa harum nama Kabupaten Garut saat menjalankan tugasnya. Dan jika memang memungkinkan, Komar berharap Ratu bisa menjadi pasukan yang membawa duplikat bendera pusaka yang akan langsung berhadapan dengan Presiden RI saat upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.
“Saya berharap Ratu bisa menjadi pasukan yang membawa baki bendera pusaka. Ini jelas kebanggaan buat masyarakat Garut, sekolah, keluarga dan pemerintah kabupaten,” ujarnya kepada Ratu.
Ratu mengaku, berbekal doa restu dan dukungan dari semua pihak terutama orangtua, sekolah, Pemerintah Kabupaten Garut dan para seniornya, dirinya yakin akan dapat menjalankan tugas. Bahkan dirinya berjanji dalam proses seleksi pembawa baki bendera pusaka, dirinya akan berusaha sekuat tenaga agar bisa mewujudkan harapan kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut.
Prestasi bagus juga diraih oleh Zia Hasan yang juga teman kelas sama Ratu. Pria yang dikenal mirip Choki Sitohang, presenter ternama saat ini, menjadi paskibra provinsi.


Kepala Bidang Pemuda Dan Olahraga Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Totong SPd didampingi Kasie Pemuda Kusman Maulud menjelaskan, adanya srikandi-srikandi Garut yang berhasil lolos menjadi Paskibraka Nasional, diharapkan bisa menjadi teladan dari jiwa patriotisme yang dimilikinya kepada siswa-siswa lain. Dan ini juga bisa menjadi motivasi bagi para siswa untuk terus berkarya dan berprestasi.
“Saat ini Siska yang tahun 2009 lalu menjadi Paskibra Nasional dari Garut, telah menjadi duta wisata untuk ke Australia dan Jepang,” jelas keduanya. (*)

http://www.radartasikmalaya.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4511:berhasil-jadi-paskibraka-nasional&catid=1:latest-news&Itemid=18

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes